Rabu, 19 Desember 2012

Status ~Part 3

"Eh Raa. Kok lo di sini? Bukannya tadi..."

"Cewek ini siapa, Ra?" Tira bukannya menjawab malah langsung memotong perkataan Putra, yang kini sedang bingung sendiri dengan keadaan yang Ia hadapi.

"Ooh ini, Lily. Lilyana. Aku kenal dia tadi pas nyari kado buat mama, Ra. Dia nawarin buat bantu aku milih kado mama." Tira baru ingat bahwa memang dua hari lagi orangtua sahabatnya ini ulang tahun yang ke 40. Ia merasa patut dihukum atas kekhilafannya ini. Tapi Ia tak mau menjadi malu setelah marah marah tak karuan.

"Kenapa gak ngajak aku?" Oke kali ini pertanyaan Tira memang bodoh sekali. Jelas jelas Ia tadi pergi dengan Arman setelah Putra menunggunya selama satu jam.

"Ra, kamu lupa tadi kamu pergi sama Arman?" Putra sekarang memasang tampang kamu-cemburu-yaa?

Tira kikuk. Ia masih tak mau mengalah. Malah mencari alasan lain.

"Tapi tadi kamu gak bilang kalau mau nyari kado buat mama. Kalo kamu bilang kan aku pasti bakal nemenin kamu. Kamu bohong kan ya tadi bilang cuma mau pulang bareng aja. Ya aku lebih milih pulang bareng Arman lah, Ra." Oke, Tira menang kali ini. Putra tak bisa berkata apa-apa. Dia memang salah karena sudah berbohong yang tak penting seperti itu. Sekarang suasana malah hening tapi tegang.

"Ehm. Shatira Vannesa? Gue Lilyana. Gue fansnya Haekal. Makanya tadi gue seneng banget bantu dia. Sorry ya kalo gue malah bikin masalah di sini." Lily sekarang menyodorkan tangannya untuk berkenalan. Tira yang sudah melunak dan tahu siapa yang salah saat ini membalas salam Lily. Ia kini melirik sinis ke arah Putra.

"Iya iya sorry deh. Gue yang salah. Lo udah dijemput?" Putra mengakui kesalahannya dan berniat untuk menebusnya dengan mengantarkan Tira pulang.

"Tadi sih gue udah sms Pak Juki buat jemput. Tapi belum ada tanda tanda kedatangannya." Tira kini melirik handphonenya.

"Eh, gue pamit duluan ya. Sorry ya, Hae. Udah bikin Tira salah paham sama lo. Senang bisa kenal kalian. Marii." Lily kini sudah beranjak menjauh dari kedua sahabat baik ini. Dan berjalan menuju basement.

Tira kini sudah memilih opsi call di handphone-nya setelah menemukan nomer handphone Pak Juki. Nada tanda panggilan tersambung sudah terdengar daritadi. Tapi tak ada jawaban. Baiklah. Kali ini Tira akan menjadikan kesalahan Putra sebagai alibi agar Putra mengantarkannya pulang. Padahal Putra memang sudah berniat untuk itu.

"Yaudah yuk." Tira yang masih sibuk untuk menghubungi Pak Juki sekarang sudah ditarik lembut oleh Putra. Ya, kali ini Ia tidak melepaskan pegangan Putra. "Anggap aja ini permintaan maaf aku ke kamu."

***

Setelah bel berbunyi. Dan guru yang mengajar pada jam terakhir sudah meninggalkan kelas. Arman langsung berdiri di depan pintu dan menutupnya. Menahan semua anggota kelas untuk keluar dari ruang kelas. Entah apa yang ada dipikirannya.

Sekarang Ia berjalan ke tengah kelas dan memerintahkan anggota kelasnya untuk duduk kembali. Mereka yang tidak senang sebenarnya tetap menuruti perintah sang ketua kelas.

"Oke. Kalian gue suruh ngumpul dulu karena, sekolah bakal ngadain lomba kebersihan kelas. Jadi hari ini kita semuanya bersih-bersiih. Ayo mulai!" Perkataan yang lebih seperti perintah itu ditanggapi dengan teriakan tak senang seluruh anggota kelas. Seketika sekarang kelas menjadi riuh. Arman sudah mengunci pintu dari dalam agar tak ada yang keluar dari kelas.

Tira yang sudah berjanji dengan Putra untuk ikut merayakan acara ulang tahun orangtua Putra sangat tidak setuju dengan perintah Arman yang tiba-tiba ini. Langsung Ia berjalan ke arah Arman yang makin lama makin menjengkelkan.

"Ar. Lo gak nyante banget sih. Gue udah ada janji nih. PENTING! Lombanya itu kan masih satu minggu lagi, Ar. Lo jangan lebay gini dong. Tau gini nyesel gue milih lo jadi ketua kelas. Mendingan dulu gue milih Reyhan deh." Reyhan, kutu buku kelas yang selalu ribet sendiri dengan kacamata tebalnya.

"Tira. Emang sepenting apa sih acara lo itu? Apa lebih penting dari acara sekolah?" Arman kini malah memasang tampang yang bisa membuat Tira melayangkan tinju kemukanya. Sekarang tangannya sudah dikepal erat saking kesalnya.

"INI PENTING BANGET AR!!! PLEASE JANGAN RESE GINI DONG!" Tira yang sudah gemas tak bisa menahan amarahnya.

"Yah batalin aja dulu. Kan bisa kapan kapan acarnya." Santai sekali Arman berkata seperti itu. Malah harusnya acara bersih bersih mendadak ini yang bisa dibatalkan. Sekarang Ia malah meninggalkan Tira dan berjalan menuju anggota kelas yang belum bergerak untuk membersihkan kelas. Ia kini kembali memerintahkan anggota kelasnya dengan otoritas bak seorang penjajah.

Satu persatu anggota kelas mulai bergerak untuk membersihkan kelas. Tira tidak mau ikut serta melakukan perintah seenak jidat Arman. Ia kini duduk di pojok kelas dan menghubungi Putra bahwa Ia tak bisa ikut meramaikan acara ulangtahun ibunda sahabatnya itu.

***

Putra yang sudah resah menunggu Tira dari tadi kini tampak begitu kecewa. Ia hendak melempar handphonenya saking kesal dengan ketua kelas otoriter itu, tak jadi melakukannya karena handphonenya berdering tanda ada panggilan masuk. Tanpa membaca nama penelpon terlebih dahulu. Ia langsung saja menjawab panggilan itu.

"Iya. Siapa?" Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulutnya. Terdengar sekali nada kesal dari suaranya.

"Ini lily, Hae. Lo gak baca dulu sebelum jawab? Lagi kesel ya? Gue lagi bosan nih. Eh orangtua lo ulang tahunnya sekarang kan? Boleh gue ikut?" Bak dewi penyelamat mood seseorang. Lily datang di saat yang sangat tepat. Saat Putra membutuhkan seseorang untuk memperbaiki moodnya.

"Iya? Bener? Yuk sini. Acaranya di rumah gue. Lo tau?" Putra kini sudah memasang senyum terbaiknya tanpa Ia sadari. Entah apa yang membuat dia begitu senang saat ini. Mungkin karena Lily?

"Tau dong. Gue kan fans sejati lo. Haha. Gue kesana ya."

***

Setelah lepas dari kurungan Arman. Tira sudah dijemput managernya. Ia akan menjadi bintang tamu di sebuah talkshow. Ini menyebabkan Tira tak bisa datang sama sekali ke acara ulangtahun orangtua Putra.

Ya, Tira memang sangat royal terhadap karirnya. Walaupun sudah letih di sekolah, Tira tetap akan pergi ke acara itu. Ia langsung berangkat menuju lokasi tanpa pulang terlebih dahulu. Ia bermaksud untuk membersihkan diri di lokasi talkshow saja. Karena memang sudah tak ada banyak waktu lagi sebelum acara dimulai.

Tira sudah tidak merasa bersalah lagi setelah berkali kali meminta maaf pada Putra atas kealfaannya di ulangtahun orang penting dalam hidup Putra itu. Putra dengan santai menjawab tak masalah. Ya, tak masalah baginya karena sekarang sudah ada Lily.

***

Tira kini disibukkan dengan syuting film terbaru nya. Di film ini, Ia berperan sebagai seorang yatim piatu. Film ini memang diangkat dari kisah nyata seorang anak yatim piatu yang berjuang demi melanjutkan hidupnya dengan baik. Hingga akhirnya Ia menjadi seorang yang sukses tanpa orang tua setelah melewati lika liku kehidupan yang panjang.

Film ini memilih daerah pedesaan sebagai latarnya. Otomatis Tira sudah meninggalkan kota metropolitan tempat Ia dilahirkan. Ia akan syuting di sana kurang lebih satu minggu. Ya, Ia tak akan bertemu dengan Putra selama jangka waktu itu. Dan jika sempat berhubungan melalui media suara. Itu hanya bisa Ia lakukan pada malam hari. Saat tidak ada aktivitas syuting lagi.

***

Sementara itu, Putra yang sedang sibuk dengan orkestranya, tak pernah kesepian. Karena selalu ada Lily yang menemaninya. Lily sepertinya sudah jatuh cinta kepada Putra. Ia rela meninggalkan aktivitasnya demi bertemu dengan Putra.

Sedangkan Putra? Entahlah. Ia tak yakin apa yang dirasakannya. Ia memang sangat senang berhubungan dengan Lily. Tapi kini perasaannya hanya sekedar itu. Ia tak tahu bahwa Lily berharap lebih dari dia.

***

Tira sudah menyelesaikan syutingnya di desa terpencil yang masih asri itu. Kini syuting dilanjutkan ke kota. Karena memang ceritanya, gadis yang diperankan Tira sudah beranjak dewasa dan bermaksud untuk mengadu nasib di kota.

Tira menyempatkan diri untuk makan di restaurant jepang langganannya. Ia rindu masakan di sana katanya.

Tira yang selalu memakai kacamata hitam jika Ia pergi sendirian di tempat umum, kini sudah hampir mendekati restaurant itu.

Saat ia memasuki restaurant, keberadaan Putra langsung dapat ditangkap oleh matanya. Ia dengan seorang gadis, yang sepertinya Lily. Mereka tak duduk berhadapan. Melainkan bersebelahan.

Tira tak mau salah memprediksi dulu. Ia kini mencari meja yang strategis untuk memperhatikan mereka berdua.

Awalnya mereka hanya mengobrol biasa. Tapi lama kelamaan mereka tertawa bersama. Entah apa yang mereka tertawakan. Tira masih memakluminya.

Setelah berselang lima menit, Tira yang sadar Ia belum memesan apa apa dan sudah ditatap sinis oleh pelayan restaurant, sekarang Ia mengambil asal sushi yang ada di meja putar. Padahal itu adalah sushi yang paling ia tidak sukai. Tanpa melihat ke piring, Ia langsung saja memakan sushi itu.

Tira tak bisa merasakan bagaimana rasa sushi itu. Ia terlalu fokus memperhatikan Putra dan Lily. Jika dalam keadaan biasa, Tira bisa langsung memuntahkan sushi itu.

Kini matanya makin tajam saat perlahan Lily mendekatkan duduknya ke Putra. Dan perlahan tangannya menggandeng tangan Putra. Tira makin dibuat terkejut setelah Putra tak melepaskannya malah mempererat gandengan Lily itu.

Mata Tira semakin sakit setelah kini Putra mengeluarkan sebuah kotak perhiasan. Yang bisa ditebak bahwa isinya adalah sebuah kalung.

Tira tak tahan. Ia kini sudah menangis. Kacamatanya tak membantu menutupi air matanya. Saat Ia membuka kacamatanya untuk membersihkan air matanya. Tak sengaja seorang fans melihatnya dan langsung berlari kearah Tira bermaksud untuk mengobrol dengan Tira.

Awalnya Tira santai menanggapinya. Tapi lama kelamaan kerumunan orang ini makin banyak dan Tira sudah resah dan sesak karena kerumunan orang ini. Bermaksud untuk bergerak pergi, Tira malah tersandung oleh kaki seorang fans.

Tangannya berusaha menahan berat badannya. Tapi yang ada malah kerumunan tadi makin menyesak. Tira terjatuh dengan pipinya menyentuh lantai restaurant yang terbuat dari kayu. Kakinya malah terluka terkena ujung paku yang ada dilantai kayu itu.

Tira tak bisa merasakan apa apa. Ia hanya melihat kegelapan sekarang. Kerumunan makin menyesak. Hingga samar Tira mendengar suara sahabat baiknya.

"Tiraaaaaaaaa!!!!!" Suara itu semakin samar didengarnya. Hingga Ia tak bisa mendengar apapun.

~to be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar